Ladang itu: hati pagiku, tangan siangku, mata petangku, tubuh malamku. Ladang itu: tugal tangisku, tadah hujan airmataku.
Aku seperti menunggu saat meminang: dengan mahar diri sendiri dan seperangkat hidupku ini. Kau: mempelai yang tak pernah kujelang.
Label:
cerpen
Previous Article



Responses
0 Respones to "Mempelai yang Tak Pernah Kujelang"
Posting Komentar