adalah hari sehari. Datang
merambang petang, pergi
mengabut pagi. Kita terima,
hari yang tak akan sempurna.
Dari kuala cangkir, ke muara
bibir. Lidah kita memetik
buah buih. Aku reguk dengan
pejam, kau teguk dengan takzim.
Aku kenang engkau ganih
gading, lemak susu, lembut
dari ambing yang lunak, yang
melembut dan melembutkan
lidahku: fasih menyebut namamu. Label: puisi
Responses
0 Respones to "Setarik Teh"
Posting Komentar