selembut doa-doa pada pagi yang rutin.
Seakan menawar pada lidah lelaki Turki,
tertuang pada madu dan hangat susu.
Seramah barista, dia lelaki muda Italia,
Sekarib jarak dari kisah gembala di Afrika.
Sesia-sia rapat para penguasa fasis
mengabaikan kecup suhu dan sentuh busamu.
Sehangat semi musim udaramu, Milan
seteguh gagang pada gelas tembikar .
Sesementara gambar di rapuh limpah buih,
sekelebat kibas duyung berekor kembar.
Seingkar harum kopi pada sarapan pagi,
seakrab bunyi mesin espresso sepenuh hari.
Seberani engkau di gerai air gula bersoda,
sesetia engkau di kafe, kebab, dan pizzeria.
Sekecewa aku yang mengecewakanmu
Lidah siap saji, ayam jantan tak tumbuh taji.
Seperti telah kuselesaikan saat-saat sesat,
dosa itu tetap dekat, tapi tak lagi memikat. Label: puisi
Responses
0 Respones to "Sekilas Napak Tilas, pada Cappuccino Segelas"
Posting Komentar