Menghadap jendela, memandangi langit sambil sesekali melihat ke atas meja belajarku. Tempat dimana ada foto aku dan dia dalam bingkai cinta. Ku seruput cappuccino hangat yang sedari tadi ku genggam dalam mug kecil. Mug ini aku dapatkan dari hadiah kami bermain game station. Dinginnya malam terhapuskan oleh secangkir pembawa kenangan. Menatap langit yang kelam. Tak ada bulan maupun bintang. Hanya tatapanku yang menerawang. Setelah puas, aku membalikkan badan, ingin menghempaskan badan dalam pelukan selimut.
“haahhh??” Aku sedikit terperanjak. ketika melihatnya duduk di tepi tempat tidur, namun ada juga sedikit kebahagiaan dala hatiku. Ku lemparkan senyum dari wajahku padanya. Namun ia hanya tertunduk diam.
“kenapa tak kau beritahu aku jika kau telah datang? Kau tau kan aku telah lama menunggu kabar darimu?” aku menghampirinya. Berdiri tepat di hadapan wajahnya yang masih tertunduk itu.
“hei.. kenapa kau diam?” Keheranan muncul dari hatiku. aku tetap mencoba tersenyum padanya. Membungkukkan badan agar aku bisa meliahat raut wajah itu.
“sudahlah” akhirnya satu kata itu keluar dari mulutnya. Dan itu tambah membuatku heran. Hatiku berdetak, merasakan ada hal yang sedikit membuatku sakit.
“ada apa?” aku tetap berusaha tenang dan tersenyum padanya. “katakanlah. Bukankah kau berjanji akan memberi kabar padaku saat kau kembali?”
“LUPAKAN DIA..!!” Tiba-tiba ia berdiri dan menatapku. Suaranya lantang menggetarkan hatiku.
“apa maksudmu?” aku mengerenyutkan dahi.
“maaf” suara yang tadi keras, kini drastis berubah lemah dan ia pun kembali duduk.
“apa maksudmu?” aku mengulangi pertanyaan tadi. keingintahuan tambah berkobar dalam diriku. Apa yang sebenarnya telah terjadi.
“dia sudah tak lagi mencintaimu.” Ia berubah menjadi dingin.
Hanya sedikit perkataan itu membuat sendiku lumpuh. Aku terjatuh, tersimpuh di depannya. Mug yang sedari tadi ku pegang kini terlepas dari tanganku, jatuh ke lantai dan mengeluarkan bunyi derai. Lidahku kelu bahkan untuk menyampaikan satu katapun. Aku kembali menenangkan emosiku. Aku percaya segala apa yang disampaikaannya, karena aku tau dia tidak akan pernah berbohong, sekalipun. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ia tiba-tiba tak lagi ingin bersamaku?
“ceritakan” butuh tenaga untuk aku mengeluarkan satu kata itu.
“ kalian tidak cocok” ia memulai cerita. Aku bingung, amat sangat bingung. Tidak cocok? Ingin sekali aku bertanya dimana letak ketidak cocokan itu, tapi aku tetap tak sanggup menggulirkan kata. “itu yang ia katakan. Apa kau akan bertanya dimana letak tidak cocoknya?” ia melanjutkan perkataannya lagi. “ya.. aku tau apa yang kau fikirkan” ia berdiri, memungut serpihan gelas yang terberai.
“dimana-mana.” Darahku berdesir, jantungku berdetak tak karuan.
Usai mengatakan itu ia tiba-tiba terdiam sebentar dan melanjutkannya lagi.
“kau terlalu kekanak-kanakan, tidak dewasa seperti seseorang yang ia cintai sekarang. Kau masih labil, Tidak cocok untuknya. Sedangkan wanita itu berbeda sekali denganmu. Ia dewasa, tidak labil dan yang paling penting seimbang dengan kepribadian orang yang kau cintai.” Hatiku seperti mati rasa mendengar perkataannya. sakit itu lebih dari batas sakit yang seharusnya hingga akhirnya itu tak berasa. tak ada kata yang mempu menggambarkannya. Bahkan dengan air mata pun tak bisa.
“kau tak perlu melakukan apa-apa. Dia telah tidak mencintaimu. Rasa itu telah hilang. Percuma saja kau menuggunya selama setahun ini. Hanya kau sendiri yang sibuk mencintainya, sedangkan dia tidak. Ia telah menemukan seseorang yang membuanya bahagia dan nyaman. Sudahlah simpan saja tangismu itu. Toh dia juga tak tau seberapa kau mencintainya dan seberapa sakitnya kau kini.” Tatapan dingin dari matanya membuat tangan dan kakiku dingin.
“Apa kau merasa dikhianati?”
Aku masih belum mampu berkata. Tapi aku ingin tahu siapa wanita yang bisa membuat priaku nyaman. Apakah tak ada kesempatan buatku untuk merubah sikapku? Aku juga ingin dia mencintaiku. Kalau ia ingin aku menjadi lebih dewasa, aku akan melakukannya.
“kau tak perlu merubah dirimu untuk menjadi seperti yang ia inginkan. Nikmati saja apa yang ada dan apa yang terjadi pada dirimu sekarang. Dewasamu sesuai dengan umurmu. Dia saja yang menganggap dirinya dewasa. Padahal…….” Tiba-tiba kalimatnya terhenti.
“kau pasti kenal wanita itu. Tapi nanti saja, aku tak ingin mengatakannya.” Ia menghampiriku, melihat lekat ke wajahku.
“kau menangis!!??” ia tersenyum sinis.. “ ciihhh..”
“sudahlah, kau simpan saja wajah ibamu itu, dia tidak akan melihatnya. Kau tak bisa lagi menarik hati yang telah terlanjur lepas dari tanganmu. Salahmu sendiri terlalu membiarkan ia dekat dengan wanita itu. Wanita anggun, dewasa, cantik, pintar pula.”
Sungguh aku ingin tahu sekali siapa wanita itu. Ia selalu bercerita tentang sahabat-sahabatnya tanpa terkecuali. Tiap hari kami bercerita tentang apa yang telah terjadi hari ini. Saling bertukar cerita, tertawa, dan aku rasa, tak ada yang tidak kuketahui darinya. atau apa ada hal yang tak terjangkau olehku???
“kau pasti tau siapa wanita yang paling dekat dengannya. Coba kau ingat-ingat”
Pertanyaannya membuatku mengingat-ingat tentang semua yang telah dilewatinya. Aku mencoba mengingat. Setahuku hanya satu. Dan aku rasa bukan dia. Dia memperkenalkan wanita itu padaku. Aku jadi merasa kenal sekali dengan wanita itu, bahkan kami pernah berjabat tangan. Mustahil jika dia. Sangat mustahil sekali. karena aku tau dia mengganggap wanita itu seperti kakaknya sendiri. wanita itu memang baik. Dan juga terkadang wanita itu memasakkan makanan untuknya, sering membantunya dalam melakukan berbagai hal, yah layaknya seorang saudara. Dan aku lega karena dia bisa mendapatkan sahabat seperti itu. Setidaknya tanpa aku di dekatnya, ia tetap di jaga oleh wanita itu. Wanita yang perawakannya tenang. Hmm.. Aku bertambah ingin tahu, siapa sebenarnya wanita yang dicintai oleh priaku.
“ITU LAH KEBODOHANMU..!!” suaranya lantang membuyarkan lamunanku.
Aku tambah tak mengerti dengan ucapannya.
“wanita itulah orangnya..”
Aku terperangah. Ada rasa tak percaya yang bercampur dalam hati. Benarkah? Ohh.. itu hanya omong kosong. Tapi, dia tak mungkin berbohong. Cukup lama aku terpaku. Tak ada lagi kata yang mampu kuucapkan. Oh Tuhan, Begini menyakitkankah cinta itu? Haruskah aku merasakan sakitnya cinta? Padahal di bagian awal, cinta itu begitu indah tergambar. Orang yang sangat ku kagumi, ku banggakan, dan ku percaya ternyata…. Apa yang kurang dariku? Apa yang ia cari dari wanita itu? Apa yang tak ia dapatkan dariku?
Sepertinya aku berbuat kesalahan. Sepertinya AKU SALAH MEMPERCAYAI SESEORANG. Dan itu adalah kesalahan yang sangat fatal. Itu menghancurkanku. Apakah ia belum pernah mendapatkan sebuah kepercayaan hingga ia begitu mudah menelantarkannya? Ia melanggar sendiri komitmen yang telah ia buat. Dan janji itu, buang saja dalam kuburan yang gelap dan pengap. Biarkan cacing-cacing kelaparan memakannya dengan lahap.
“Kau simpan saja kepercayaan itu. Jangan berikan kepercayaan itu pada siapapun hingga ada seseorang yang ingin memintanya. Kesedihanmu itu hanya bisa disembuhkan oleh waktu. Dan jangan pernah kau berfikir untuk kembali padanya. Keledai yang bodoh saja tak akan jatuh dua kali di lubang yang sama. Ingat pesanku. Aku tau dia, dan aku tau kau. sekarang tugasku sudah selesai. Tak ada lagi yang ingin ku sampaikan”
Diapun pergi. Lenyap dalam angin. Dia adalah Malaikat yang ku minta untuk menjaga pangeranku ketika dia jauh dariku.
Tunggu dulu..
Pangeran?
Bukan..
Dia belum pantas menyandang predikat seorang pangeran.
Pangeran tak akan pernah menyakiti putri.
Pangeran akan setia mendampingi putri.
Dan seorang yang pantas disebut pangeran adalah seseorang yang mampu memegang komitmen yang telah ia sendiri tetapkan.
Dan itu bukan dia.
Terkadang kebenaran itu diperlukan bahkan sesakit apapun yang kau rasakan akibat sebuah kebenaran, karena niscaya sakit akan sebuah kebenaran akan selalu dapat tersembuhkan oleh keberadaan sang waktu.
-END-

Responses
0 Respones to "Hanya Sebuah catatan kecil [ Cerpen cinta ]"
Posting Komentar