KITA menunggu hukuman ringan: saling meninggalkan.
Bagai pengungsi Pakistan, di penjara Afganistan.
Aku tiba-tiba tua, di sebuah tidur dalam pesawat
petang: mimpi tentang kedai pijat dan katil kecil
di sebelah masjid. Kau jamaah, sebentar singgah.
Kita bagai lari dari harapan ke harapan, menumpang
di bak truk yang mengangkut apa saja: sepatu gurun,
senapan, karung-karung opium, dan juga Tuhan.
Kita menunggu hukuman ringan: saling melupakan.
Responses
0 Respones to "Entah di Bandara Mana"
Posting Komentar