Rambutmu serat suji. Di tanganku masih mengalir wangi, sejak kusela-selakan jemari, di lelapmu yang sunyi.
Matamu kelopak embun, selalu seperti tangis yang hendak dimulai. Aku tak pernah berani bertanya, sesejuk apa engkau berduka. Label: amsal, cerpen
Responses
0 Respones to "Amsal Beras Wangi"
Posting Komentar