Padahal sejak dahulu, aku hanya ingin menjadi badut bagimu, menjadi diri yang janggal, dan kau tak lagi perlu payah mengerti aku, lalu kau tertawa saja dan padamu semua sesal selesai.
*
HIDUP bukankah cuma bagai singgah iseng di tenda sirkus. Kau menolak ajakanku, lalu pergi sendiri, membeli ketegangan dari tubuh-tubuh yang terampil mempermainkan bahaya.
Lalu muncullah aku dengan topi tak yang muat, dan hidung merah tomat, di sela-sela tepuk-tanganmu, melemparkan bola-bola yang tak cukup di dua tangan, lalu kau tertawa dan padaku segala kesal dimulai.
Label: puisi
Responses
0 Respones to "Romantisme Badut"
Posting Komentar