You are here: »
Home
»
cerpen
»
Satu Bait Tegak, Satunya Miring (1)
AKU bisa meniti pelangi, tapi buat apa? Sebab ia tak menyeberangkan aku ke mana-mana. Di cakrawala ini, aku terjebak dari ujung ke ujung. Tak pernah sampai ke selasar telagamu.
Tak ada telaga, hanya kubangan bubur lumpur yang terus-menerus menyembur. Tak ada pelangi, hanya warna-warna parau tangisan kami. Pecah dan patah menikami langitmu.
Label:
cerpen
Responses
0 Respones to "Satu Bait Tegak, Satunya Miring (1)"
Posting Komentar