Yang angin bisikkan, ia tak mengerti, tapi tetap rapi ia simpan
Yang ingin kusampirkan, menyusup ke lain, ke bait pesan
Yang ingin kurahasiakan, sendiri mengucap-mengungkapkan
Batu basah disirami hujan, lalu licin lumut menebal perlahan
Batu tabah dipanasi kemarau, dijatuhi daun yang dulu hijau
Aku harus berjalan, dengan dua kaki dan sepundak beban
Aku tak menuju pada engkau, tapi aku tak melupakan engkau Label: cerpen, pantun
Responses
0 Respones to "20. Dengan Dua Kaki dan Sepundak Beban"
Posting Komentar