Rumahku berpagar turus buncis. Perdu sesulur labu. Ibuku separuh petani, separuh penari. Ia pandai menumis, pucuk-pucuk tangis.
HARI kami panjang, harapan kami pendek. Tapi ibuku pemintal handal. Ia jalin doa-doa hingga selalu lebih panjang daripada perigi paling dalam.
Di belakang rumah kami, halaman lapang. Unggas bebas tak berkandang. Ibuku induk bersayap hangat, yang tak mengerami anak-anaknya. Label: cerpen
Responses
0 Respones to "Induk Bersayap Hangat"
Posting Komentar