kita terkenang, pada martir yang mati di setempur sepeperangan
Hari tidak hujan - seperti yang kita harapkan - di Taiwan, kota
yang menggelinjangkan malamnya kepada tamu tanpa pemandu
Kita adalah prajurit lepas kerja, selelah setelah seharian berjaga
Di sudut mana tadi, di balairung ini, kita ingin kita terkapar mati?
Mengenang sendiri peluru datang, tak ingin lekas bilang permisi? Label: cerpen
Responses
0 Respones to "Di Sebuah Balairung Merah"
Posting Komentar