Berbilang hanya hari lagi
yang lalu direnggut masa lalu
karena kuingin melupa
kuserahkan diri-hati
pada kehangatan kilauan
anggur dan kegairahan;
tapi apakah anggur itu?
apakah pukauan mata-cinta
yang menggamangkan itu?
Terpadankankah pada riang
tigapuluh kata-kata
yang seucapan-seucapan
tercuci oleh waktu?
Biar lagi tak ada dendam-benci,
tercadang mulutku
dari penghinaan yang cemburu
dan oceh kosong buntu
dari kehampaan itu.
Biar aku mencium ulur tangan
dari tiap nyanyian!
Dan jangan bisukan kenangan
dari layar-layar tiga emas
walau takdir mencemooh
dan menilakan aku ini,
si kain buruk ini. Label: cerpen
Responses
0 Respones to "Tengok Saja Nanti"
Posting Komentar