yang segan-sungkan. Ini cuaca yang tahu, sia-sia
mengiringi tangisku dengan kental kabutnya itu.
Setiap kendaraan - yang searah dan berselisih -
seperti menjadi ambulan, atau mobil jenazah,
bergegas sampai lekas, mengantarkan kemalangan. Label: puisi
Responses
0 Respones to "Di Jalan Antara Samarinda dan Balikpapan"
Posting Komentar